WISE PARENTS MINISTRY (WPM) - INDONESIA
GERAKAN PEMULIHAN BAGI KELUARGA KRISTEN DI INDONESIA

Rabu, 05 Maret 2014
PEMENANG SEJATI I Kor.3:12-14, Filip 3:13-14 Hidup itu adalah pertandingan. William James mengatakan: “jika hidup ini bukanlah sebuah pertandingan yg sesungguhnya, yg di dalamnya sgl sst selalu di raih dgn sukses, hidup ini tidak lebih baik dari sebuah permainan drama pribadi dimana seseorang boleh menarik diri sesuka hati kapan saja. Tetapi hidup ini terasa seperti pertandingan, seakan-akan ada sesuatu yg liar di alam semesta yg dgn seluruh cita-cita dan keyakinan, perlu kita menangkan kembali.”Dalam nats yg kita pelajari, rasul Paulus mengilustrasikan kehidupan kekristenan itu dengan pertandingan atletik. Setiap orang percaya berada di arena pertandingan untuk berlari menuju garis finis. Hal inilah yg membedakannya dgn pertandingan duniawi. Dlm pertandigan duniawi yg bertanding hanya beberapa orang (mjd peserta) yg lain sebagai penonton. Tetapi dlm pertandigan rohani setiap kita menjadi peserta pertandingan. (I Kor.9:25). Setiap orang percaya ditentukan untuk menjadi pemenang, bahkan lebih dari pemenang (band.Rom.8:3&). Istilah “lebih dari pemenag” menunjukkan bahwa setiap org Kristen memilki kans untuk mjd pemenag sejati. Pemenang sejati adalah Seorang juara yg mempertahankan kemenangannya secara kontinyu, bkn mjd juara sementara. Bgmn mjd pemenag sejati? 1. Tidak cepat merasa puas (Filp.3:12a) Dalam ayat 12,Paulus berkata: “bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya”. Inilah penyataan dan filsafat seorang pemenag sejati. Paulus tidak menarasa puas dgn prestasi rohani yg sdh dicapainya saat itu, walaupun kita tahu berbagai prestasi rohani sdh dicapainya saat itu. Sifat tdk merasa puas dgn prestasi rohani yg sdh diraih akhirnya mendorong Paulus utk meningkatkan dan berkarya lbh lagi dlm mempertahankan kemenangan yg sdh dan yg akan diraihnya. Byk org Kristen merasa puas dgn prsestasi rohaninya, knp demikian? Krn sering membandingkan prestasinya dgn org lain. Sering diantara kita berkata, saya lbh baik dari si anu dlm pelayanan, saya lbh baiiik…..!saat kita membandingkan diri dgn org lain maka akan muncul dlm diri kepuasan. Knp Paulus memiliki sifat tdk merasa puas? Krn tdk pernah membandingkan prestasi rohaninya dgn org lain, ttp membandingkanya dgn Kristus. Ketika kita membandingkan apa yg tlh kita perbuat dgn apa yg Yesus perbuat atas kita, maka akan mendorong kita utk lbh berkarya lagi. 2. Melupakan apa yg ada di belakang (13a) Seorang pelari haruslah menangggalkan ransel dibelakang punggungnya atau melupakan masa lalunya agar ia memiliki kecepatan berlari maksimal. Setiap org memiliki masa lalu. Utk mjd pemenang sejati maka kita harus berdamai dgn masa lalu kita. Kata “melupakan” dlm hal ini bukan berarti tidak mengingatnya, tetapi tidak lagi dipengaruhi atau dikuasai oleh masa lalu itu. Kalau hidup kita masih dipengaruhi atau di kuasai oleh masalalu kita, maka hal itu akan menghambat laju dinamika kerohanian kita. Perlu di ingat bahwa masa lalu tdk akan pernah menentukan masa depan kita. Tetapi masa depan kita di tentukan oleh masa Semarang ini. Apa yg anda perbuat pada masa Sekarang ini mjd penentu keberhasilan masa depan anda. 3. Mendisiplin diri (I Kor.9:27) Pendisiplinan diri sngat diperlukan dalam suatu perlombaan. Utk bisa menjadi pemenang perlu pendisiplinan diri. Byk orang menempuh jalan yg mudah dan instan untuk mencapai apa yg digapai, yg penting sampai pada tujuan sx pun tanpa pendisiplinan diri. Rasul Paulus mengatakan bahwa tak seorangpun pernah mencapai sesuatu tanpa disiplin diri yg keras. 4. Mengarahkan diri pada tujuan (filp.3:13b, I Kor.9:26) Seorang pelari harus senantiasa memandang garis finis yg ada dihadapannya. Seorang pelari yg focus ke depan berarti ia tahu kemana tujuannya berlari. Ia tidak sekedar berlari, ttp berlari pada tujuan (Bnd.1 Kor.9:26) utk meraih hadiah atau mahkota yg kelak akan mjd miliknya. Ketika seorang pelari memandang serta mengingi
PEMENANG SEJATI
I Kor.3:12-14, Filip 3:13-14
Hidup itu adalah pertandingan. William James mengatakan: “jika hidup ini bukanlah sebuah pertandingan yg sesungguhnya, yg di dalamnya sgl sst selalu di raih dgn sukses, hidup ini tidak lebih baik dari sebuah permainan drama pribadi dimana seseorang boleh menarik diri sesuka hati kapan saja. Tetapi hidup ini terasa seperti pertandingan, seakan-akan ada sesuatu yg liar di alam semesta yg dgn seluruh cita-cita dan keyakinan, perlu kita menangkan kembali.”Dalam nats yg kita pelajari, rasul Paulus mengilustrasikan kehidupan kekristenan itu dengan pertandingan atletik. Setiap orang percaya berada di arena pertandingan untuk berlari menuju garis finis. Hal inilah yg membedakannya dgn pertandingan duniawi. Dlm pertandigan duniawi yg bertanding hanya beberapa orang (mjd peserta) yg lain sebagai penonton. Tetapi dlm pertandigan rohani setiap kita menjadi peserta pertandingan. (I Kor.9:25).
Setiap orang percaya ditentukan untuk menjadi pemenang, bahkan lebih dari pemenang (band.Rom.8:3&). Istilah “lebih dari pemenag” menunjukkan bahwa setiap org Kristen memilki kans untuk mjd pemenag sejati. Pemenang sejati adalah Seorang juara yg mempertahankan kemenangannya secara kontinyu, bkn mjd juara sementara. Bgmn mjd pemenag sejati?
1. Tidak cepat merasa puas (Filp.3:12a)
Dalam ayat 12,Paulus berkata: “bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya”. Inilah penyataan dan filsafat seorang pemenag sejati. Paulus tidak menarasa puas dgn prestasi rohani yg sdh dicapainya saat itu, walaupun kita tahu berbagai prestasi rohani sdh dicapainya saat itu. Sifat tdk merasa puas dgn prestasi rohani yg sdh diraih akhirnya mendorong Paulus utk meningkatkan dan berkarya lbh lagi dlm mempertahankan kemenangan yg sdh dan yg akan diraihnya.
Byk org Kristen merasa puas dgn prsestasi rohaninya, knp demikian? Krn sering membandingkan prestasinya dgn org lain. Sering diantara kita berkata, saya lbh baik dari si anu dlm pelayanan, saya lbh baiiik…..!saat kita membandingkan diri dgn org lain maka akan muncul dlm diri kepuasan. Knp Paulus memiliki sifat tdk merasa puas? Krn tdk pernah membandingkan prestasi rohaninya dgn org lain, ttp membandingkanya dgn Kristus. Ketika kita membandingkan apa yg tlh kita perbuat dgn apa yg Yesus perbuat atas kita, maka akan mendorong kita utk lbh berkarya lagi.
2. Melupakan apa yg ada di belakang (13a)
Seorang pelari haruslah menangggalkan ransel dibelakang punggungnya atau melupakan masa lalunya agar ia memiliki kecepatan berlari maksimal. Setiap org memiliki masa lalu. Utk mjd pemenang sejati maka kita harus berdamai dgn masa lalu kita. Kata “melupakan” dlm hal ini bukan berarti tidak mengingatnya, tetapi tidak lagi dipengaruhi atau dikuasai oleh masa lalu itu. Kalau hidup kita masih dipengaruhi atau di kuasai oleh masalalu kita, maka hal itu akan menghambat laju dinamika kerohanian kita. Perlu di ingat bahwa masa lalu tdk akan pernah menentukan masa depan kita. Tetapi masa depan kita di tentukan oleh masa Semarang ini. Apa yg anda perbuat pada masa Sekarang ini mjd penentu keberhasilan masa depan anda.
3. Mendisiplin diri (I Kor.9:27)
Pendisiplinan diri sngat diperlukan dalam suatu perlombaan. Utk bisa menjadi pemenang perlu pendisiplinan diri. Byk orang menempuh jalan yg mudah dan instan untuk mencapai apa yg digapai, yg penting sampai pada tujuan sx pun tanpa pendisiplinan diri. Rasul Paulus mengatakan bahwa tak seorangpun pernah mencapai sesuatu tanpa disiplin diri yg keras.
4. Mengarahkan diri pada tujuan (filp.3:13b, I Kor.9:26)
Seorang pelari harus senantiasa memandang garis finis yg ada dihadapannya. Seorang pelari yg focus ke depan berarti ia tahu kemana tujuannya berlari. Ia tidak sekedar berlari, ttp berlari pada tujuan (Bnd.1 Kor.9:26) utk meraih hadiah atau mahkota yg kelak akan mjd miliknya. Ketika seorang pelari memandang serta menginginkan hadiah yg akan diraihnya, maka dlm dirinya akan muncul semangat/”andrenalin rohani” yg membantu ia utk senantiasa mjd pemenang sejati. Selamat bertanding
Kesimpulan: seorang pemenang sejati adalah seorang juara yg mempertahankan kemenangannya secara terus-menerus.
Jumat, 10 Februari 2012
KUALIFIKASI SEORANG PELAYAN
(I TIM.3:1-13)
I. PENDAHULUAN
Tidaklah berlebihan jika Rasul Paulus menuliskan kualifikasi sebagai seorang pelayan Tuhan dalam surat I Timotius 3:1-13 begitu ketat dan teliti, karena dia tahu kepada siapa dia harus menghambakan dirinya..? Anologi perbandingan: orang yang menghambakan diri kepada sesama manusia aja harus memiliki kualifikasi tertentu Apalagi menghambakan diri kepada yang menciptakan alam semesta, yaitu Allah dalam Yesus Kristus. Contoh Lowongan pekerjaan sebagai analogi perbandingan dengan kualifikasi pekerja Tuhan.
Di butuhkan Marketing PT. Mapan, gaji menggiurkan dengan Kualifikasi sbb:
- Laki-laki/Perempuan usia max. 30 tahun
- IP kumulatif 3,0
- Nilai Matematika SMA rata-rata 7,0
- . Punya komunikasi yang baik
- . Loyal terhadap perusahaan
6. Pekerja keras
7. Punya kedisiplinan yang tinggi
II. DEFINISI
- Penilik jemaat, gembala sidang, penatua mempunyai arti yang sama yaitu: “pengawas jemaat” . penatua (bhs Yunani: Presbutes) artinya: “orang yang sudah tua. Penatua dan penilik jemaat adalah dua nama untuk jabatan yang sama (Titus 1:5,7). Tugas penilik jemaat adalah memelihara dan melindungi jemaat. Jadi penilik jemaat mempunyai pengertian sebagai “orang yang memperhatikan keperluan anggota jemaat/ orang yang menunjukkan apa yang harus dilakukan dalam suatu jemaat.
- Diaken (bhs Yunani: diakonos) artinya “orang yang melayani/ pembantu jemaat(Rm.16:1, I Kor.3:5, 2 Kor.3:6, Kol.1:23, 4:7) ’. Tugas diaken adalah membantu penilik jemaat/penatua untuk melayani anggota jemaat, memperhatikan orang-orang miskin dan mengatur keuangan jemaat.
“Sebagian besar orang hanya menerima kehidupannya, tetapi mereka tidak pernah mengarahkan hidupnya, sehingga mereka tidak pernah memahami potensi besar yang Tuhan tanamkan dalam hidupnya, yaitu sebagai seorang pelayan atau pemimpin”
“Anda tidak bisa memimpin orang lain sebelum anda belajar secara terus menerus memimpin diri sendiri”
Model pelayanan/kepemimpinan “tirulah aku, karena aku telah meniru Kristus” (I Kor.11:1)
III. ADAPUN SYARAT-SYARAT SEORANG PELAYAN/PEMIMPIN JEMAAT SBB:
A. Kualifikasi yang berhubungan dengan kepribadian/karakter
- Tak bercacat (ayat 2)/Tanpa cela (BIS): ini bukan berarti cacat fisik, tp cacat rohani. Namun demikian ini bukan berarti orang itu tidak berdosa, akan tetapi oleh jemaat kelakuan dan tindakannya dinilai jemaat tidak bercela.
- Dapat menahan diri (ayat 2)/tahu menahan diri: (bhs Yun) artinya suatu tindakan yang tidak melampaui batas/tidak berlebihan dalam segala hal yg dilakukan. Contoh: suka main pecat tanpa ada pembinaan terlebih dahulu.
- Bijaksana (ayat 2): tahu cara mengendalikan tindakan dan perasaan/tahu cara mengatakan tidak pada keinginannya sendiri. “menurut saya, salah satu pelajaran kepemimpinan tersulit dalam hidup ini adalah belajar berkata: tidak untuk hal-hal yang tidak penting. Pemimpin yang selalu mengatakan “ya” terhadap sesuatu yang tidak penting tidak akan pernah berbuat sesuatu yang besar.” Katakan “tidak” pada teman yang mengajak gossip, katakan “tidak” pada orang yg merencanakan penipuan dll. Pemimpin tdk mungkin bisa menyenangkan semua orang. Pemimpin tidak dapat menjadi segala sesuatu bagi semua orang.
- Sopan (ayat 2)/ tertib (BIS) : menggambarkan cara berpakain wanita (1 Tim 2:9)”keteraturan serta keadaan yang bebas dari kekacuan pikiran. Contoh: dalam ibadah mematikan HP.
- Suka memberi tumpangan (ayat 2): “teman bagi orang yang dia tidak kenal/ bersedia menerima sbg tamu orang yang sedang dalam perjalanan jauh”.
- Cakap mengajar orang (ayat 2): “mampu mengajarkan ajaran yang benar serta membuktikan keasalahan ajaran-ajaran sesat” (2 Tim.2:24).
- Bukan Peminum (ayat 3, 8): “kecanduan alcohol”, salah satu kebiasaan buruk masyarakat pada waktu itu. “anda tidak bisa bersahabat dengan orang2 negatif dan berharap bisa menjalani kehidupan positif, anda tidak bisa bergaul dgn orang2 pemalas dan berharap bisa menjadi orang rajin”.
- Bukan pemarah melainkan peramah (ayat 3): “suka memukul” – menggambarkan orang yang cepat marah dan tidak ragu-ragu menggunakan kekerasan terhadap orang yang mengganggunya. Orang yang cepat melayangkan pukulan terhadap orang lain. Contoh: menghargai perbedaan sbg kewajaran bukan suatu ancaman. Bagaimana mengelolah perbedaan, menemukan keunikan yg saling melengkapi dan menggunakannya untuk mencapai tujuan bersama.
- Pendamai (Ayat 3): “tidak suka memusuhi orang lain/ tidak cepat membantah orang lain”.
- Bukan hamba uang (ayat 3,8)/ bukan mata duitan (BIS): “serakah akan uang/cinta akan uang”
- Jangan seorang yang baru bertobat (ayat 6): “baru ditanam” – harus dewasa dalam iman.
- Jangan bercabang lidah: “suka menyebarkan cerita-cerita yang belum jelas kebenarannya”(ayat 8)
B. Kualifikasi yang berhubungan dengan keluarganya
- Seorang kepala keluarga yang baik (ayat 4,5)/ dapat mengatur rumah tangga yang baik (Bhs Yun): “ ia harus mampu mengurus keluarganya dengan baik sehingga anak-anaknya taat dan hormat kepadanya”.
“Kepemimpinan dimulai di rumah. Kesuksesan kita di keluarga mendukung kesuksesan kepemimpinan kita. Anda bisa aja berhasil diluar rumah, tetapi jika tidak didukung dengan keberhasilan kepemimpinan di rumah, lambat atau cepat hal itu akan menjadi potensi gangguan yg besar bg kepemimpinan anda di luar”.
- Suami dari satu isteri (ayat 2,12): dalam hal ini Rasul Paulus hanya menekankan kesetiaan seorang pelayan kepada istrinya. Sebab pada masa PB, ketidaksetiaan dalam pernikahan terutama sebelum seorang menjadi Kristen merupakan hal umum terjadi. Contoh: pertengkaran yang sehat: buat jadwal dan tema pertengkaran
- Istrinya adalah orang terhormat, tidak pemfitnah, dpt menahan diri dan dpt dipercaya dlm sgl hal (ayat 11). Contoh: ….cara memanggil suami dengan istilah yg hormat.
C. Kualifikasi yang berhubungan dengan jemaat
- Dapat memelihara rahasia iman/ Mereka harus berpegang teguh dengan hati nurani yang murni pada ajaran kepercayaan Kristen yang sudah dinyatakan oleh Allah. Rahasia yg telah terbuka itu menunjuk kpd iman. Iman menunjuk kpd ajaran yg telah diterima sbg sesuatu yg pasti dan benar. (ayat 9)
D. Kualifikasi yang berhubungan dengan masyarakat umum:
- Mempunyai nama baik dalam masyarakat (ayat 7a)
IV. Akibat dan Dampak bagi pelayanan yang memenuhi kualifikasi di atas:
- Tidak digugat orang lain, justru Menjadi berkat (7)
- Beroleh kedudukan yang baik dalam iman: “satu tingkat/anak tangga yang baik” artinya memperoleh nama yang baik, dihormati/ dihargai. (ayat 13)
- Dapat bersaksi dengan leluasa: “mampu berbicara dengan keberanian tentang kepercayaannya kepada orang lain. (ayat 13)
IV. Penutup
- Tuhan tidak menuntut kesempurnaan dari kita, tetapi menuntut hal yang terbaik dan yang berkenan kepada-Nya
- Untuk dapat mencapai kualifikasi sebagai pelayanan/pemimpin yang berintegritas tidak serta merta muncul dengan sendirinya, tetapi adanya kesediaan hati untuk dibentuk dan diproses oleh Tuhan.
Selamat memimpin dan mau dipimpin
APAKAH HARUS BERBAHASA ROH......?????
"Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih daripada itu, supaya kamu bernubuat." 1 Korintus 14:5 Ucapan Paulus dalam 1 Korintus 14:5 dan pembahasan sekitarnya mengenai kehadiran dan fungsi karunia-karunia rohani dalam diri orang-orang beriman telah menimbulkan banyak pertanyaan: Apa kedudukan "bahasa roh" di dalam jemaat? Apakah orang-orang yang telah mendapatkan karunia rohani ini menjadi orang Kristen yang lebih saleh, lebih terbuka terhadap pekerjaan Roh Kudus, dibandingkan mereka yang belum mendapatkannya? Apakah Paulus bermaksud mengatakan bahwa semua orang Kristen harus mendapatkan karunia ini? Atau sebaliknya semua orang harus berpartisipasi dalam pekerjaan nubuat, dan memberikan tempat yang tidak penting untuk "berkata-kata dengan bahasa roh"?
Beberapa orang Kristen, atas dasar teks ini dan teks-teks lainnya, merasa lebih rohani, atau lebih lengkap, karena mereka memiliki karunia bahasa roh, dan bersama-sama Paulus berharap bahwa saudara-saudara seiman mereka dapat memiliki pengalaman yang sama ini. Orang-orang Kristen lainnya, atas dasar teks yang sama, menganggap glossolalia ini (dari bahasa Yunani glossai "lidah") perwujudan dari iman yang primitif dan tidak dewasa, dan menganggap ketiadaan karunia atau pengalaman ini sebagai tanda kedewasaan yang lebih besar. Yang lainnya lagi, melihat iman yang bersemangat dan antusias, dan juga kesaksian dari beberapa orang yang memiliki karunia berkata-kata dengan bahasa roh, merasa bahwa mereka tidak berjalan seiring dengan Roh Allah dan sungguh-sungguh merindukan atau mencari pengalaman Roh yang akan menimbulkan semangat pada iman yang statis.
Masalah di atas, yang sedikit banyak sudah ada di sebagian gereja sepanjang sejarah gereja telah muncul kembali akhir-akhir ini dalam sebuah bentuk yang dikenal dengan nama gerakan kharismatik (dari kata bahasa Yunani charisma "karunia"). Karena gerakan ini telah masuk ke dalam semua golongan gereja dan mempengaruhi orang-orang beriman dalam hampir semua tradisi Kristen, kita sangat perlu mengerti ucapan Paulus yang sulit ini.
Sebuah definisi singkat tentang istilah-istilah yang digunakan oleh Paulus akan bermanfaat. Dua aktivitas yang dipertentangkan dalam ucapan sulit ini adalah "berkata-kata dengan bahasa roh" dan "bernubuat." Fenomena "bahasa roh" yang dinyatakan oleh Paulus sebagai karunia (bahasa Yunani, karisma) dari Roh Kudus ini (1 Korintus 12-14) harus dibedakan secara jelas dari fenomena yang menyertai pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:1-12).
Dalam Kisah Para Rasul, Roh Kudus memampukan murid-murid Yesus untuk "berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain" (glossai Kisah Para Rasul 2:4, 11) sedemikian rupa sehingga para pendengarnya, yang terdiri dari orang-orang dari berbagai kelompok bahasa di seluruh daerah Yunani Roma, mendengar mereka berbicara mengenai kabar baik tentang Yesus (Kisah Para Rasul 2:6, 8) dalam bahasanya masing-masing (bahasa Yunani, dialekton "dialek/bahasa"). Di sini jelas terjadi pernyataan dan pendengaran yang penuh keajaiban di mana artinya yang jelas terungkap dan diterima pendengar.
Penafsiran Paulus tentang fenomena ini juga menunjukkan bahwa hal tersebut harus dimengerti sebagai pernyataan yang jelas tentang kebesaran Allah. Ia mengutip nubuat dalam Yoel 2:28-32, di mana pencurahan Roh Kudus itu menimbulkan nubuat (Kisah Para Rasul 2:17-18).
Di Korintus, di pihak lain, fenomena bahasa roh yang dirisaukan Paulus diidentifikasi sebagai "bahasa yang tidak dimengerti": tidak seorangpun mengerti hal ini (1 Korintus 14:2); bahasa itu perlu ditafsirkan jika ingin membangun jemaat (14:5); bahasa ini dikontraskan dengan "kata-kata yang jelas" (14:9, 19) dan "banyak macam bahasa...tidak ada satu pun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti" (14:10); bahasa ini tidak mencakup akal budi (14:14); orang lain tidak tahu apa yang dikatakan (14:16).
Paulus membandingkan karunia "bahasa roh" ini dengan karunia "nubuat". Kita harus berhati-hati sejak awal untuk tidak memberikan gagasan yang terbatas pada kata nubuat. Kata ini tidak hanya berarti "meramalkan masa yang akan datang." Nubuat kadang-kadang mencakup unsur peramalan ini (baik di antara nabi-nabi Perjanjian Lama maupun nabi-nabi Kristen), tetapi aspek ini tidak eksklusif ataupun utama. Nabi-nabi Israel terutama menunjukkan Firman Allah pada kenyataan yang sekarang. Ini juga merupakan aspek utama dari pemberitaan Injil dalam kekristenan awal yang mula-mula. Dalam Kisah Para Rasul, nubuat Yoel (bahwa "anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat" Kisah Para Rasul 2:17-18) terpenuhi dalam pernyataan tentang apa yang telah dilakukan Allah dalam Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 2:22-36).
Dalam 1 Korintus 11, berdoa dan bernubuat dibicarakan sebagai dua aspek khas dari orang Kristen dalam ibadah jemaat. Doa ditujukan kepada Tuhan, sedangkan nubuat berarti menunjukkan Firman Tuhan kepada jemaat yang beribadah. Dalam 1 Korintus 14:19-33, aktivitas nabi-nabi Kristen diartikan menyampaikan isi wahyu ilahi kepada jemaat demi pengajaran dan dorongan. Tujuan perkataan nabi ini sangat penting dan kontras antara nubuat dengan berkata-kata dalam bahasa roh, yaitu untuk membangun, menasihati, dan menghibur (1 Korintus 14:3).
Kita dapat meringkas perbedaan di atas sebagai berikut: Paulus memahami "bahasa roh" sebagai ucapan yang bersemangat dan penuh gairah, tetapi tidak jelas tanpa penafsiran. Tempatnya yang asli dan sesuai adalah dalam doa (1 Korintus 14:2, 16). Ia memahami "nubuat" sebagai pernyataan wahyu yang bersemangat (mungkin mencakup Injil, yaitu tindakan Allah di dalam Kristus, dan pengungkapan yang lebih jauh dari tujuan Allah berdasarkan kejadian itu), yang disampaikan pada gereja dalam bentuk perkataan yang jelas untuk pertumbuhannya yang terus menerus. Dengan latar belakang dan definisi ini kita sekarang siap untuk mengikuti argumentasi Paulus tentang ucapan yang sulit ini.
Konteks yang lebih luas terdapat sebelum bab 12-14, di mana Paulus membicarakan masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat gereja, khususnya dalam konteks ibadah. Prinsip yang utama dan pokok untuk tindakan Kristen adalah prinsip kemajuan rohani. Semua kehidupan dan tindakan Kristen seharusnya diatur oleh pertanyaan:
Apakah ini bermanfaat bagi orang lain?
Apakah hal ini menimbulkan keselamatan dan/atau pertumbuhan iman mereka?
Apakah ini baik untuk mereka?
(1 Korintus 8:1, 9, 13, 9:12, 19-22; 10:23-24, 31-33; 11:21, 33). Prinsip ini terus berlanjut sebagai lintasan pedoman dalam pembahasan Paulus tentang kedudukan dan fungsi karunia rohani dalam 1 Korintus 12-14. Fokus dari pembahasan tersebut adalah manfaat relatif dari "bahasa roh" dan "nubuat" (bab 14). Tetapi Paulus menggunakan "nubuat" untuk membahas apa yang nampaknya merupakan masalah inti di Korintus: sikap meninggikan karunia berkata-kata dengan bahasa roh sedemikian rupa sehingga karunia-karunia lainnya dan juga orang-orang yang memiliki karunia itu diremehkan. Orang-orang yang menggunakan bahasa roh jelas melihat karunia ini sebagai tanda kerohanian yang lebih tinggi.
Pandangan semacam ini biasanya muncul secara alamiah di antara sekelompok orang beriman di Korintus yang merasa yakin bahwa mereka telah dibebaskan dari semua hubungan tanggung jawab dan masalah etika praktis (Lihat pembahasan tentang "orang-orang yang tinggi rohani" di Korintus dalam bab 15-17 di atas. Dalam ibadah, orang-orang yang tinggi rohani ini merasa bangga dalam fenomena wahyu sebagai pengesahan terakhir bahwa mereka bebas dari eksistensi yang terikat pada bumi, termasuk kata-kata yang rasional dan jelas. Pertanyaan Paulus kepada mereka dalam hal ini, seperti juga pertanyaan yang lebih awal sehubungan dengan masalah lain, adalah: Bagaimana peranan karunia ini untuk keselamatan atau untuk membangun orang lainnya, dan bukan hanya diri sendiri? (1 Korintus 14:4). Dasar untuk mengatasi masalah ini dijelaskan dengan teliti dalam bab 12-13. Singkatnya, pemikiran Paulus berkembang sebagai berikut: Ada bermacam-macam karunia untuk orang beriman, tetapi semuanya itu berasal dari Roh Allah (1 Korintus 12:4-6). Implikasinya adalah tidak seorang pun memiliki alasan untuk merasa bangga! Perwujudan dari Roh yang satu ini dalam bermacam-macam karunia itu adalah demi kepentingan bersama (1 Korintus 12:7). Jadi, dimilikinya karunia khusus itu bukanlah demi keuntungan pribadi seseorang. Rohlah yang menentukan bagaimana karunia itu dibagikan (1 Korintus 12:11). Karena itu, pemilik dari satu karunia tertentu tidak mempunyai alasan untuk merasa lebih disukai secara khusus atau dalam pengertian tertentu lebih tinggi daripada seseorang yang tidak memiliki karunia yang sama.
Rangkaian pemikiran ini kemudian ditunjang oleh gambaran jemaat sebagai tubuh Kristus, yang dibandingkan dengan anggota tubuh manusia yang hidup (1 Korintus 12:12-27). Tujuannya yang utama adalah untuk menyatakan bahwa walaupun ada bermacam-macam orang dan karunia dalam gereja, tidak boleh ada perpecahan; masing-masing bagian harus memperhatikan bagian yang lainnya (1 Korintus 12:25).
Setelah menekankan penting dan semua anggota tubuh, dan juga karunianya yang bermacam-macam, Paulus kemudian melanjutkan dengan menunjukkan bahwa sehubungan dengan prinsip-prinsip yang membimbing kehidupan dan tindakan Kristen yaitu agar orang-orang lain dapat diselamatkan dan dibangun beberapa panggilan dan karunia lebih utama, lebih mendasar dari yang lain, dan memberikan sumbangan yang lebih langsung dan besar terhadap tujuan itu. Walaupun Paulus memulai daftar panggilan karunia itu dengan cara menyebutkan satu demi satu ("pertama rasul, kedua nabi, ketiga guru" 1 Korintus 14:28), ia tidak melanjutkan penyebutan itu pada daftar karunia yang tersisa. Pelayanan rangkap tiga dari kata itu yaitu kesaksian Rasul yang mendasar bagi Injil, pemberitaan Injil nabi pada gereja, dan pengajaran tentang arti dan implikasi praktis dari Injil jelas merupakan yang utama, sedangkan aktivitas-aktivitas lainnya yang ditandai oleh karunia-karunia itu (1 Korintus 14:28) bersifat tergantung dan sekunder terhadap pelayanan tersebut. Penyebutan bahasa roh di urutan terakhir tidak harus berarti bahwa karunia inilah yang "paling kecil" berdasarkan urutan hirarkisnya (karena kelima karunia itu tidak diberi nomor). Lebih mungkin Paulus menyebutkannya paling akhir karena bagi jemaat yang antusias di Korintus kata ini terletak di paling atas. Tetapi, sudah jelas bahwa "bahasa roh" ini termasuk ke dalam sekelompok karunia yang satu tingkat lebih rendah daripada pelayanan nubuat. Hal ini ditegaskan oleh kalimat penutup Paulus dalam Korintus 12:31, "Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang utama." Dapat diduga dari lanjutannya dalam bab 14 bahwa pemberitaan nabi (khotbah) dan pengajaran adalah "karunia-karunia yang utama" itu.
Desakan untuk memperoleh karunia-karunia yang utama diikuti oleh panggilan menuju daya tarik yang lebih besar, "Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi" (1 Korintus 12:31 "jalan yang lebih baik lagi," Alkitab versi RSV). Yang lebih baik lagi daripada berusaha memperoleh karunia-karunia yang lebih utama, menurut Paulus, adalah mengikuti jalan kasih (1 Korintus 13:1).Karena, seperti ditunjukkannya dengan sangat mengesankan di bab 13, karunia yang kecil maupun besar suatu hari akan lenyap. Tetapi kasih abadi. Paulus mungkin mengungkapkan panggilan yang luar biasa terhadap kasih ini karena ia mengetahui bahwa kasih itu secara murni ditujukan kepada orang lain dan akan menjadi kekuatan yang memberi semangat untuk mencari karunia-karunia yang membangun orang lain. Karena itu "kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat" (1 Korintus 14:1). Sekarang kita sudah siap untuk membahas secara khusus hakikat, fungsi, dan manfaat relatif dari bahasa roh dan nubuat (di dalam ucapan yang sulit itu). "Bahasa roh" adalah bahasa hati, yang ditujukan kepada Allah (1 Korintus 14:2). "Nubuat" adalah kata-kata Allah yang ditujukan kepada manusia untuk menasihati dan menghibur (1 Korintus 14:3). "Bahasa roh" pada pokoknya merupakan masalah pribadi; bahasa roh ini membangun diri sendiri. "Nubuat" merupakan masalah umum, nubuat ini membangun jemaat (1 Korintus 14:4).
Paulus menegaskan perlunya dimensi pribadi dan juga dimensi umum dari karunia-karunia yang berlawanan tersebut ketika ia mengungkapkan harapannya agar mereka semua memiliki karunia bahasa roh, dan kemudian segera melanjutkan harapan itu dengan harapa yang lebih besar, "tetapi lebih daripada itu, supaya kamu bernubuat" (1 Korintus 14:5). Pengalaman pribadi yang menggairahkan, khususnya dalam keakraban hubungan doa seseorang dengan Allah, tidak seharusnya ditolak ("Janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh" 1 Korintus 14:39). Paulus mengetahui nilainya dari pengalaman pribadi (1 Korintus 14:18). Dalam konteks ibadah jemaat sekalipun, bahasa roh ini bisa bermanfaat jika dijelaskan melalui penafsiran (1 Korintus 14:5) sehingga orang-orang lain dapat "dibangun" (1 Korintus 14:16-17). Karena "bahasa roh" itu dikenal sebagai karunia Roh dan diberikan oleh Roh Allah, Paulus dapat mengatakan, "Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh." Ini akan merupakan bukti bahwa Roh bekerja di dalam diri mereka. Walaupun demikian, prinsip pelaksananya (yaitu demi kebaikan orang lain) membawanya tanpa syarat kepada pilihan terhadap pemberitaan nubuat, "Tetapi dalam pertemuan jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, daripada beribu-ribu kata dengan bahasa roh" (1 Korintus 14:19).
Kesimpulan:
Tidak satupun karunia Roh bersifat mutlak; hanya kasih yang mutlak. Karena itu, memiliki atau menggunakan karunia yang manapun bukan merupakan tanda kedewasaan rohani. Seseorang yang beriman harus terbuka terhadap karunia Roh dan jika mereka menerimanya, mereka harus menggunakannya dengan rasa syukur dan rendah hati. Setiap pencarian karunia tertentu secara sungguh-sungguh harus dipimpin oleh keinginan untuk melibatkan diri dalam membangun jemaat sehingga seluruh umat Allah benar-benar dapat menjadi alternatif ilahi bagi masyarakat manusia yang sudah rusak.
Sumber: Ucapan Paulus Yang Sulit
BERTUMBUH DALAM PENGAMPUNAN
KPR. 6:8-14, 7:54-60
- Berbicara tentang pengampunan berarti juga berbicara tentang hubungan/relasi kita dengan Tuhan
- Berbicara tentang pengampunan berarti juga berbicara tentang hubungan kita dengan sesama
- Berbicara tentang pengampunan berarti juga berbicara tentang adanya dosa
- Berbicara tentang pengampunan berarti juga berbicara tentang adanya masalah
- Berbicara tentang pengampunan berarti juga berbicara tentang adanya gesekan
- Berbicara tentang pengampunan berarti juga berbicara tentang adanya perselisihan
(Mat.6:14-15, Lukas 23:34, Ef.4:32, Kol.2:13, I Yoh.1:9, 2:12, Markus 11:25-26)
1. Apa itu pengampunan?
"Pengampunan": sikap hati yang rela menerima segala kekurangan orang lain dengan dorongan kasih Kristus.
2. Siapakah Stefanus dan seperti apa kepribadiannya?
Dalam bahasa Yunani, Stefanus mempunyai arti: “Mahkota”. Stefanus (0rang Yahudi Helenis) adalah satu dari 7 orang yang dipilih oleh para murid segera sesudah kebangkitan Yesus., untuk mengawasi pembagian bantuan kepada orang-orang miskin/janda-janda miskin (orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani). Dikatakan bahwa Stefanus menonjol dari yang lain dalam hal iman, kasih, kuasa rohani dan hikmat (6:5,8,10)

a. dituduh menghujat Allah (6:9-14)
b. dituduh merobohkan Bait Suci, diftnah 6:11 (bnd.Mat.26:59-61)
c. dituduh mengubah taurat dan tradisi nenek moyang (6:13-14)
d. di adili dengan cara tidak adil (6:12), memakai saksi-saksi dusta
e. menyeret keluar dan melempari dengan batu sampai mati (7:57-60)
4. Apa yang menjadi dasar Stefanus sanggup mengampuni orang-orang yang berbuat jahat kepadanya, dengan suatu kalimat: “Tuhan janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka” (7:60): 1. Pengampunan Kristus. Allah terlebih dahulu mengasihi kita/mengampuni kita, baru kita Bisa mengampuni orang lain.
5. Dampak kematian Stefanus:
a. Pemberitaan Injil semakin meluas.(KPR.8:4)
b. Semakin mendorong orang-orang percaya untuk berani menyatakan Injil.
c. Tumbuh benih-benih iman baru – pertobatan Paulus (pasal 9)
6. Faktor-faktor yg mjd penghalang untuk sulit mengampuni:
a. Menganggap diri selalu benar/ ego sentris
b. Bersikap gengsi
c. Memandang kesalahan orang lain terlalu besar, dan memandang kesalahan sendiri tidak masalah.
“Orang yg gampang sx minta maaf adalah orang yg suka membuat pelanggaran terhadap orang lain”
7. Bagaimana caranya kita dapat bertumbuh dalam pengampunan:
- Belajar menerima dari segala kekurangan orang lain.
- Dengan rela hati tunduk mengikuti setiap perubahan yang Allah kerjakan dalam hidup kita sebagai suatu proses.
- Menyadari bahwa diri kita bukanlah Allah tetapi manusia yang telah jatuh dalam dosa alias belum sempurna adanya
- Menyakini akan keberadaan Allah, bahwa Allah sanggup dan berkuasa untuk menolong memulihkan hidup kita.
- Belajar terus memandang pada salib Kristus (Luk.23:34)
Kesimpulan:
- Ingatlah bahwa karya yang terbesar yg Allah kerjakan dalam dunia adalah “pengampunan” dengan bukti Allah memberikan anak-Nya sebagai pengampunan dosa-dosa kita.
- Tidak ada alasan apapun bagi kita yang mengatasnamakan sebagai murid Yesus /percaya kepada Tuhan Yesus untuk tidak bisa mengampuni orang yg berbuat jahat kepada kita.
- Camkan bahwa bagi orang yg tidak mau mengampuni orang lain, maka Tuhan pun tidak akan mengampuni kita.(Mat.6:15)
- Pengampunan hanya bisa dilakukan orang Kristen, jika orang itu hidup di dalam Kristus. Tidak ada yang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)