Minggu, 05 Februari 2012

KUNCI MEMAHAMI ISLAM


Orang Barat mengalami kesulitan memahami Islam karena mereka tidak mengerti bahwa Islam merupakan suatu bentuk dari imperialisme budaya di mana agama dan budaya Arab abad ke-7 ditingkatkan statusnya menjadi hukum Illahi.

Rohani (Sacred) vs Duniawi (Sekuler)

Kesulitan dalam memahami Islam berakar pada konsep filosofi Barat tradisional mengenai dikotomi duniawi vs rohani. di Barat, organisasi keagamaan tidaklah diperlakukan sebagai penguasa yang mengatur semua sendi-sendi kehidupan duniawi. Bahkan sebaliknya, terdapat banyak segi-segi kehidupan sekuler di mana agama tidak mempunyai wewenang sama sekali.

Jadi ada bentuk pemisah antara gereja dan gereja. Misal: organisasi_organisasi keagamaan di Barat tidak dapat mengatur hukum-hukum politik. Di lain pihak, agama Islam tidak dapat diperlakukan sebagai keyakinan agama yang sifatnya pribadi/perorangan. Agama Islam bukan hanya sekedar yang kamu percaya dan selanjutnya kamu hidup seperti apayang kamu suka. Di negara-negara Islam, wacana sekukler tidaklah begitu exist.

Arab Abab Ke-7

Islam sesungguhnya merupakan pendewaan budaya Arab abad ke-7. Dalam arti yang mendalam, Islam lebih bernuansa budaya daripada agama. itulah sebabnya semua buku teks dan ensiklopedia mengenai Islam selalu diawali dengan konteks sejarah nabi Muhammad dan pentingnya budaya Arab abad ke-7.

Islam Merupakan Budaya Arab

Sekalipun orang Jawa mempunyai budaya tersendiri (adat Jawa), namun ketika orang tersebut memeluk agama Islam, maka terjadi suatu perubahan dalam semua budaya yang dulunya dianut. misal: mereka, berbusana Arab, mendengarkan musik-musik Arab, dan makan makanan Arab. Mereka bahkan mengucapkan doa syukur atas makanan tersebut dalam bahasa Arab, walaupun kadang kala mereka sendiri tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. mereka telah meninggalkan budaya Jawa dan mengadopsi budaya Arab. saya tidak mengatakan bahwa budaya Arab itu jelek hanya semata-mata karena itu Arab, sebaliknya saya juga tidak mengatakan bahwa budaya Jawa itu jelek semata-mata itu Jawa. Semua budaya mempunyai sisi baik dan sisi buruknya. Dalam keyataannya, adalah merupakan hal yang keliru bagi orang-orang Barat masa lalu ketika beranggapan bahwa budaya mereka perlu di sodorkan kepada bangsa-bangsa di seluruh dunia. Bila demikian halnya, maka imperialisme buda Barat akan sama ofensifnya dengan imperialisme budaya Arab.

Bahkan seorang ahli dan cendikiawan Islam seperti Dr. Ali Dsahti, mantan Menteri Luar Negeri Iran, dalam bukunya yang berjudul: "23 Year: A Study of the prophetic Carier of Muhammad", dengan cermat mencatat betapa Islam harus dipahami dalam nuansa keberadaannya yang sangat erat menyatu dengan budaya Arab abad ke-7.

Agama di Barat

Di dunia Barat, agama dipandang sebagai sesuatu hal yang bersifat amat pribadi dan perorangan, bukan bersifat agama. Misalnya: Kekristenan tidak menuntut bahwa masyarakat masa kini untuk berbusana sesuai dengan aturan berbusana abad pertama. Mereka tidak perlu jenis-jenis hidangan yang dimakan Yesus. Jadi kekristenan merupakan supra budaya yang mengijinkan masyarakat untuk hidup, berpakaian, dan makan sesuai dengan budaya setempat.

tidak demikian dengan Islam. Ketika Islam menjadi agama yang dominan di suatu negara, maka seluruh budaya asli dari negara tersebut akan diubah dan digantikan oleh budaya Arab abad ke-7.


Mitos   Ismael

Salah satu contoh rasisme Arab adalah mitos yang menyatakan bahwa orang-orang Arab adalah keturunan Abraham melalui putranya yang bernama Ismael. Mc Clintock dan Strong dalam ensiklopedia mereka yang sangat terkenal mengenai agama memberi komentar sbb:  

"Pendapat umum bahwa orang-orang Arab baik yang bersal dari Selatan maupun Utara, adalah keturunan dari Ismail; Dalam (Kej.16:12)...seringkali ditafsirkan sebagai nubuatan bagi kaum Ismail menjadi bangsa Arab dengan segala kelebihannya terhadap bangsa-bangsa lain. Tetapi perkiraan ini didasarkan pada pemahaman yang salah atas asal usul pembentukan kaum Ibrani asli. Nubuatan ini justru digenapi dengan kenyataan yang dapat disaksikan dimana keturunan Ismail bermukim terpisah lebih kearah Timur dibandingkan dengan kantong pemukiman keturunan Abraham dengan pihak Sara maupun Keturah (istri Abraham yang terakhir)".

Dengan demikian pandangan yang menyatakan bahwa keturunan Ismail itu adalah orang-orang Arab yang bermukim di bagian Selatan adalah tidak berdasar sama sekali, dan kelihatannya pandangan tersebut datang dari tradisi yang disengaja yang diciptakan oleh kebanggan Arab yang menganggap bahwa mereka, seperti halnya dengan Yahudi, adalah berasal dari benih Abraham. Kebanggaan yang kosong inilah yang menodai Islam dan memalsukan seluruh sejarah Abraham dan anaknya Ismail, dimana panggung peristiwa yang sebenarnya terjadi di Palestina telah ditransfer ke Mekkah.
Kebanyakan buku-buku referensi yang berotoritas mengenai Islam menolak klaim bahwa bangsa Arab merupakan keturunan Abraham. Encyclopedia of Islam yang sangat bergengsi mengidentifikasikan bahwa rumpun orang-orang Arab justru berasal dari bangsa  yang bukan keturunan Abraham.

Bahkan Dictionary of Islam mempertanyakan pendapat bahwa bangsa Arab adalah keturunan Ismail. ("bagimana Ismail bisa menjadi bapak bangsa Arab...? Abraham bukan orang Arab. Hagar-ibunya Ismail bukan pula orang arab, melainkan budak dari Mesir. Malahan Hagar mencarikan seorang perempuan Mesir bagi Ismail sebagai istrinya. Jadi Ismail bukan orang Arab yang dapat menurunkan bangsa Arab. Apalagi dari Hadis (terjemahan HSB 1475) ternyata Ismail justru belajar bahasa Arab dari orang-orang Arab yang telah exist sebagai suku bangsa sebelum Ismail")

lanjut...........