Minggu, 08 Januari 2012

STUDY KARAKTER YUDAS ISKARIOT

STUDY KARAKTER YUDAS ISKARIOT
Baca Johanes 13 : 21 – 30

Sekilas Riwayat Yudas Iskariot.
Peringatan Paskah selalu mengingatkan kita kepada dua nama penting selain Yesus sendiri, yaitu Pontius Pilatus dan Yudas Iskariot. Kitab PB secara keseluruhan ada 40 ayat yang mencatat tentang penghianatan Yudas. Tidak ada ibu yang mau memberi nama anaknya “Yudas”, sebab nama ini selalu diasosiasikan dengan ‘penghianat’. Padahal sebenarnya nama Yudas itu bagus sekali: Praise = pujian bagi Tuhan (dalam bahasa Ibrani: Yehuda, Yuda).

Siapakah Yudas Iskariot Itu?
Yudas adalah anak dari Simon Iskariot (Yoh 6:71). Nama Yudas adalah nama yang umum dan sering ditemukan baik di PL maupun PB. Iskariot menunjuk pada bahasa Ibrani "seorang laki-laki Kerioth" atau Carioth, yang adalah kota Judah (Bdk. Joshua 15:25). Tempat kelahirannya adalah Keriot, ditunjukkan oleh nama di belakang Yudas. Mungkin juga menunjukkan asalnya yang berbeda dari 11 murid Yesus yang semuanya adalah orang Galilea, karena Kerioth adalah kota suku Yehuda.
William Barclay memberi tafsiran yang sangat menarik. Yudas adalah satu-satunya murid Tuhan Yesus yang berasal dari Yudea, sebuah propinsi elite, pusat pemerintahan yang terletak di atas pegunungan. Kesebelas murid yang lain berasal dari Galilea, propinsi "kelas dua". Nama belakang Iskariot besar kemungkinan berkaitan dengan sebuah kelompok pejuang perlawanan radikal Yahudi terhadap penjajah Romawi. Karena keradikalannya dalam memperjuangkan keinginannya, kelompok ini biasa disebut sebagai "Kaum Pembawa Pedang”. Beberapa pendapat mengatakan bahwa fakta ini memiliki pengaruh dalam karir Yudas di antara para murid, bahwa Yudas berusaha menarik simpati dari saudara-saudaranya tersebut. Alkitab tidak menceritakan tentang tingkat pendidikan Yudas, tetapi pada umumnya seorang laki-laki Yahudi memperoleh pendidikan di sinagoge-sinagoge. 
Sistem Pendidikan sudah lama dikenal, baik dikalangan masyarakat Yahudi ataupun non-Yahudi. Masyarakat Yahudi, terutama keluarga memberikan perhatian yang sangat besar dalam pendidikan terhadap generasi penerusnya. Tujuan utama adalah agar mereka memelihara iman monotheisme mereka dan memelihara hukum Taurat, sesuatu yang seringkali diabaikan ketika Israel berada dalam masa kejayaannya. Tidak dicatat pula oleh Alkitab kapan Yudas lahir dan berapa umurnya saat Yesus memanggil kedua belas murid. Sejarah dunia hanya mencatat perkiraan tahun kematiannya, yaitu sekitar tahun 29-33M.
 
Pertanyaan?

1. Yang selalu menjadi pertanyaan kita ialah, “Mengapa Yesus memilih Yudas untuk menjadi
Murid-Nya, apakah Yesus tidak mengetahui karakter Yudas?” (Jawaban) Yesus sebagai Allah yang maha tahu. Dia tahu siapa Yudas sebenarnya, Johanes menuliskan ‘…..sebab Yesus tahu siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia’ (Yoh. 6: 64).

2. Apakah Yudas termasuk orang yang berjasa dalam proses penyaliban Kristus..? Coba kalau tidak ada Yudas, Yesus kan tidak akan pernah disalib. (jawaban: Yudas tidak jasa dalam proses penyaliban Yesus)

3. Perlukah kita berterima kasih kepada Yudas…? (jawaban: tidak), mengapa.....? Mari kita lihat point-point penting dibawah ini.


Karakter Yudas Iskariot:
  1. Tamak akan uang (Mat.26:14-15): cinta akan uang adalah sumber kejahatan (Bdk. I Tim.6:10)
  2. Berkianat (Mat.10:4,Mrk.3:19) - Kunci untuk berkianat: “Menjalin hubungan seerat-eratnya”. Resep bersahabat: “Jika saudara berteman jangan terlalu dekat dan jangan terlalu jauh”.
  3. Licik (Mat.26:16, Luk.22:6)
  4. Tidak berfikir panjang (Mat.27:3)
  5. Pencuri kas pelayanan (Yoh.12:4-6)
  6. Memanfaatkan orang lain/mengorbankan orang lain demi kepentingan pribadi (Luk.22:4-5)
  7. Tidak pernah bertobat (Yoh.13:27), bukti bahwa Yudas tidak pernah bertobat adalah ia kerasukan Iblis. Orang yang bertobat tidak mungkin bisa kerasukan Iblis. Hanya bisa dipengaruhi saja.
  8. Mempengaruhi hal-hal negative kepada orang lain (Mat.26:8-10, Mrk.14:4-6, Yoh.12:4-6)

Mengapa Yudas mengkhianati Yesus

  1. Yudas Ikut Yesus dengan motivasi yang salah (Mrk10:35-37)
Ada empat motivasi yang salah:
·      Supaya beroleh kuasa atau karunia (Kis. 8: 9- 24)
·      Supaya beroleh posisi (Mark. 10: 35- 37)
·      Supaya beroleh berkat tanpa menjadi berkat (Mat. 19: 16- 26)
·      Supaya beroleh kepopularitasan.
Contoh: Orang ke gereja berharap pacarnya akan bertobat

  1. Yudas memberi tempat kepada Iblis (Yoh.13:27)

Cara mengkhianati:
 Dengan mencium Yesus yang biasanya dipakai sebagai tanda persahabatan untuk menunjukkan rasa intim, dipakai oleh Yudas untuk menghianati gurunya. Dosa yang paling keji adalah dosa penghianatan! Mengapa demikian ? Untuk bisa berkhianat, seseorang harus punya hubungan erat terlebih dahulu dengan orang yang akan dikhianati. Ini syaratnya, dengan ada hubungan baik terlebih dahulu, baru terjadi penghianatan. Matius menuliskan, “ketika Yudas mencium Yesus, Yesus menyebutnya sahabat, tetapi Yudas tidak menanggapinya” (Mat. 26: 50).  Di sini ‘ciuman’ dipakai oleh surga dan neraka dengan tujuan berbeda. Yudas menjual Yesus seharga 30 uang perak. Di dalam Perjanjian Lama  apabila seekor lembuh membunuh budak laki-laki atau permpuan, maka pemiliknya harus menggantikan seharga 30 syikal perak (Kel. 21: 32). Jadi buat Yudas, Yesus hanya berharga seperti seorang budak yang mati ditanduk lembu. contoh: Sex, ambisi, perbuatan baik bisa menjadi alat surga dan neraka. Aplikasi: Coba bayangkan kepedihan hati karena pengkhianatan.


Akibat Tindakannya:
Bunuh Diri (Kisah Yudas berakhir dengan sangat tragis: Gantung diri! (Mat. 27: 1- 5) Lukas menulis di Kisah Rasul 1:18, ‘…..Yudas jatuh tertelungkup, perutnya terbelah, sampai isi perutnya tertumpah keluar’. Yudas merasa sangat bersalah dan dihadapan orang Farisi dia diejek, karena hatinya yang tidak pernah sepenuhnya diberikan kepada Yesus, dia merasa tidak ada jalan lain, selain mengakhiri penyesalannya dengan bunuh diri. Yudas mengawali semuanya dengan baik, tetapi mengakhiri hidupnya dengan penyesalan, lalu gantung diri. Kematian Yesus tidak semudah yang kita bayangkan, Dia dipukuli semalaman sampai badan-Nya hancur,……….

Kesimpulan:
Ingatlah bahwa: Pikiran menentukan tindakan, tindakan menjadi kebiasaan, kebiasaan menentukan karakter dan karakter yang membawa kita kepada tujuan akhir.

ADAKAH ALASAN KITA UNTUK MENGHAKIMI SESAMA KITA,........?


(MAT.7:1-12)

Dalam pasal 7:1-12, saya bagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
  1. Ayat 1-6, 12 -  merupakan relasi dengan sesama
  2. Ayat 7-11  -  merupakan relasi dengan Tuhan

Dalam ayat 1-12 ini menjelaskan tentang sejauh mana hubungan kita dengan Tuhan sangat menentukan hubungan kita dengan sesama. Kalau relasi kita dengan Tuhan tidak beres, maka hubungan kitapun dengan sesama tidak akan benar.

A.  Untuk itu bagaimana hubungan kita dengan orang lain ketika kita menjadi orang percaya?
      Kadangkala ada orang yang kelihatan rohani (melayani, aktif ke gereja dll), tetapi dalam hubungan dengan sesama tidak baik. Benarkah sikap seperti ini dapat dijadikan alasan bahwa dirinya mempunyai hubungan yang sehat dengan Tuhannya? atau sebaliknya, ada orang yang begitu kelihatan baik kepada sesamanya, tetapi ia tidak percaya kepada Tuhan Yesus, apakah sikap yang seperti ini juga dapat dikatakan sebagai orang yang mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhannya?

B. Dalam ayat 1-6,12 Tuhan Yesus memberikan contoh praktis dalam bertingka laku, yang sering kita jumpai dalam kehidupan kita tiap-tiap hari. Yaitu sikap MENGHAKIMI SESAMA.

TOLSTOY berpendapat bahwa Mat.7:1-6 mempunyai arti:
1. Berarti Yesus meniadakan lembaga peradilan.
2. Bahwa orang Kristen tidak boleh mengkritik orang lain.
Pendapat ini tidak dapat di benarkan karena tidak sesuai dengan maksud Tuhan.

Apa yang kita ketahui tentang istilah menghakimi? menghakimi berasal dari kata hakim, yg artinya “orang yang dipercaya untuk menyelesaikan perkara orang lain”. Menghakimi adalah suatu sikap menilai tentang hidup orang lain tanpa ada pertimbangan yang tepat dan benar.

      Sifat menghakimi:
1. Menuduh                       3. Mencari kesalahan orang lain
      2. Menjatuhkan                 4. Merusak hidup orang lain

Bahasa emas: di dalam menasehati ada kasih, di dalam menghakimi ada tuduhan.

Alasan 2 supaya kita tidak bersikap mengahakimi orang lain:
  1. Karena menghakimi adalah hak mutlak Allah, bukan hak manusia
  2. Karena kita semua sudah jatuh dalam dosa, sehingga orang berdosa tidak layak untuk menghakimi orang berdosa
  3. Karena terbatas dalam hal menilai,, hanya Tuhan yang tahu ukuran yang tepat dan benar.

Langkah2 yg harus kita buat supaya tidak mudah mudah menghakimi orang lain:
  1. Berdoa, minta Tuhan agar menjaga lidah kita
  2. Membuat komitmen untuk memiliki roh yang lemah lembut (hati yg bersedia untuk dibentuk oleh Tuhan) dan rendah hati (hidup yg mau menundukkan diri kepada Tuhan)
  3. Belajar berfikir benar terhadap orang lain.
  4. Melatih diri untuk mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa diri kitapun pernah bersalah kepada orang lain. (gelas yg penuh tidak bisa diisi lagi dan tangan yang menggenggam tidak bisa menerima lagi)

Dalam ayat 7-11 merupakan relasi yang sehat dengan  Bapanya. Dampak hubungan yang sehat dengan Bapanya yg diwujudkan melalui tindakan yang benar terhadap sesamanya. Sikap yang benar dan tidak menghakimi orang lain berdampak baik dalam hubungannya dengan Tuhan. Ayat 8 merupakan hasil interaksi dengan Tuhan yang diwujudkan menghargai orang lain, sehingga membuat doa-doa kita diperkenan Tuhan.

Kesimpulan:
  1. Baik dan tidaknya hubungan kita dengan sesame sangat ditentukan baik dan tidaknya relasi kita dengan Tuhan. Untuk itu marilah kita memperbahrui relasi kita dgn Tuhan.
  2. Menghakimi adalah hak Allah dan bukan hak kita. Untuk itu jgn lg menghakimi orang lain.
  3. Kalo kita menghakimi maka kita tanpa sadar telah menjadikan diri kita sbg Allah
  4. Sadari bahwa kita sama-sama orang berdosa. Untuk itu tidak layak bagi kita menjadi hakim bagi orang lain.

YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN SORGA

YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN SORGA
MARKUS 9:33-37



PENDAHULUAN

Setiap orang mempunyai suatu keinginan untuk menjadi yang terbesar di antara sesamanya. Alkitab menuliskan bahwa manusia mempunyai keinginan, kerinduan, kemauan, dan kehausan hingga menjadi suatu dorongan di dalam emosi kita sehingga kita mati-matian berusaha mencari dan mendapatkannya. Keinginan/kerinduan seperti itu adalah emosi yang normal. Setiap orang mempunyai suatu keinginan yang menjadi fungsi kemauannya. Keinginan-keinginan itulah yang mengakibatkan manusia dapat maju. Tanpa ada keinginan, manusia akan puas oleh keadaan yg ada sehingga ia tidak dapat melepaskan diri dari keterbatasan dan kelemahan yang selama ini mengikat dia. Kalau tidak ada keinginan, tidak mungkin manusia mengalami perubahan hidup. Begitu banyak orang puas dengan keadaan diri, sehingga dia tidak pernah mencapai hasil yang terbaik dalam hidupnya. Kepuasan memang diperlukan. Tetapi dalam hal-hal tertentu kita tidak boleh puas.  Dalam hal-hal tertentu kita harus cepat puas, tetapi dalam hal lain kita tidak boleh cepat puas. Ini keseimbangan mengatur diri supaya keinginan kita tidak meluap keluar jalur. Kemampuan untuk menata keseimbangan ini merupakan tanda kematangan kerohanian seseorang.

Latar Belakang Masalah:
  • Murid-murid terobsesi melihat tanda-tanda dan  mujizat yang dibuat oleh Tuhan Yesus.
  • Murid-murid bangga dan merasa nyaman hidup melayani bersama Tuhan, ketika mereka melihat kemuliaan Tuhan bersama Musa & Elia di atas gunung.
  • Sehingga muncul pertanyaan: “Siapa yg terbesar diantara kita…?

Reaksi dari murid-murid tentang pernyataan “siapa yang terbesar” di antara mereka, mengakibatkan pertengkaran di antara murid-murid………
  1. Andreas: “saya kan murid yang pertama kali dipanggil Yesus. Pasti saya yang lebih besa”r (Yoh.1:40)
  2. Petrus: “saya kan ketua rombongan, pasti saya yg lebih besar dari semuanya..!”
  3. Yohanes dan Yakubus: “kami kan murid yang paling dikasihi Tuhan” (Yoh.21:20)
  4. Filipus: “saya kan langsung diajak Tuhan untuk ikut dengan-Nya”.
  5. Yudas Iskariot: “saya kan dipercaya oleh Tuhan pegang Kas pelayanan-jadi bendahara” (Yoh.13:29)
.
Keinginan orang Kristen menurut Alkitab dibagai menjadi 2, yaitu:
  1. Keinginan menurut kehendak Allah - Keinginan yang semacam ini mempunyai kaitan dengan nilai-nilai kekekalan. Contoh: berkeinginan terus untuk mencari kerajaan Allah & kebenaranNya (Mat.6:33), keinginan untuk berkelakuan baik, menginginkan pelayanan yang baik dll.

  1. Keinginan menurut kehendak sendiri (Yer.45:5) - Keinginan-keinginan semacam ini hanya bertujuan untuk memuaskan diri sendiri, dan keinginan seperti ini hanya berelasi dengan hal-hal yang bersifat sementara. Keinginan untuk menjadi besar di antara sesama dgn motivasi kepuasan diri menyebabkan diri manusia justru tidak akan pernah mengenal dirinya sendiri dan juga tidak akan pernah bisa mengenal Allah dengan benar. Inilah keinginan yg tidak dikehendaki Allah.

Banyak manusia membangun kebesaran hidup dengan caranya sendiri:
  1. Menjaga kewibawaan hidup supaya terlihat berwibawa.
  2. Tidak mau bergaul dengan orang kecil.(menjaga jarak) – menganggap kehormatannya nanti bisa berkurang jika berhubungan dengan orang-orang bawahan.
  3. Mendirikan monument/patung tentang dirinya.
  4. Mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya buat keluarganya.
  5. Mengiklankan dirinya di media masa, biar namanya dikenal banyak orang (partai politik)
  6. Bertindak keras terhadap sesamanya, biar ditakuti dengan cara badan ditato dll
  7. Berusaha menguasai orang lain melalui jabatannya.
  8. Mengejar dan memamerkan kelebihan materi. Pendeta yang naik mobil tarifnya lebih besar jika dibanding pendeta yang jalan kaki/naik motor.
Jadi :
  1. Kehormatan tanpa Kristus, kehormatan itu akan menjadi bencana bagi dirinya (Haman vs Mordekhai)
  2. Kejayaan tanpa Kristus, justru meruntuhkan kejayaan tsb (Babel-runtuh)
  3. Kekuasaan tanpa Kristus, justru akan membinasakan dirinya (Firaun membangun pyramid, tetapi dirinya mati tenggelam)
  4. Kebesaran tanpa Kristus, melindas hidupnya (Alm Presiden Suharto disebut bapak Pembangunan-setelah mati di hujat banyak orang)
  5. Kebanggaan/ketenaran tanpa Kristus, menghancurkan martabatnya (Hittler)
Ciri-ciri orang yang ambisius:
  1. Suka memaksa
  2. Suka mengatur
  3. Fokus pada kepentingan pribadi

Ciri sifat anak kecil (menekankan karakter, bukan siapa nama orangnya):
  1. Jujur dalam berkata/ berkata benar = antara hati & perkataan sama atau sejalan.
  2. Mudah untuk percaya (menerima) dan apa yang dipercaya, ia pegang teguh. Contoh hubungna antara murid dengan guru.
  3. Rendah hati - Orang rendah hati adalah orang yang tahu bagaimana caranya menyelesaikan masalah. Sedangkan orang sombong adalah orang yang tahu bagaimana caranya untuk mencari masalah. contoh: habis berkelahi mereka bermain kembali dan tidak menyimpan dendam satu sama lain
  1. Sukacita/ceria-tidak pernah memikirkan hal yang tinggi-tinggi. dapat menikmati hidup.
  2. Bergantung penuh kepada orang tua
  3. Taat: hidup dalam/dibawa kuasa orang tua. Contoh: selalu bangga akan orang tuanya 
Banyak contoh, orang-orang yang namanya menjadi besar karena menerapkan prinsip Alkitab, yaitu "menjadi pelayan bagi sesamanya". Misal:

1. Ibu Teresa: melayani orang-orang marginal di India. Saat dia meninggal dunia, banyak orang mengenal kebaikannya, bahkan dia mendapatkan nobel dunia.
2. William Kerry: meninggalkan negaranya, dan mengabdikan dirinya bersama dengan keluarganya untuk melayani orang-orang di India. Melalui pelayanannya, banyak orang-orang India yang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus.
3. Nomensen: dari Belanda, pergi ke tanah Batak untuk menginjili orang-orang Batak. ketika ia meninggal dunia di tanah Batak, namanya menjadi besar dan dikenang banyak orang.
4. Dan masih banyak contoh yang lainnya.


Kesimpulan
Jika kita mau menjadi yang terbesar di antara yang lain, hendaklah kita belajar seperti Tuhan Yesus, mau melayani sesama.

BAGAIMANA YA…MENEMUKAN TULANG RUSUKKU…?

BAGAIMANA YA…MENEMUKAN Tulang rusukKU…?


Kata kiasan ‘tulang rusuk’ pasti diambil dari Kej 2:21-25 - “(21) Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. (22) Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangunNyalah seorang perempuan, lalu dibawaNya kepada manusia itu. (23) Lalu berkatalah manusia itu: ‘Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.’ (24) Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. (25) Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu”.

Mungkin istilah ‘tulang rusuk’ itu bisa diartikan ‘jodoh yang dari Tuhan’ atau ‘jodoh yang sesuai kehendak Tuhan’. Tetapi kehendak yang mana?

1)   Kalau ‘kehendak’ dalam arti ‘rencana kekal dari Allah’, maka saya yakin bahwa setiap orang pasti menikahi jodohnya, karena rencana Allah tidak mungkin tidak terjadi.
Ayub 42:1-2 - “(1) Maka jawab Ayub kepada TUHAN: ‘Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencanaMu yang gagal”.

2)   Kalau ‘kehendak’ dalam arti ‘keinginan Tuhan’ atau ‘yang menyenangkan Tuhan’, maka ini belum tentu terjadi, karena manusia sering melakukan apa yang tidak sesuai dengan keinginan Tuhan, atau apa yang tidak menyenangkan Tuhan.

Yang dalam arti pertama bukan urusan kita, karena kita tidak tahu rencana Allah bagi kita (Ul 29:29). Kita harus mencari jodoh yang sesuai dengan kehendak Tuhan, dalam arti yang kedua.

Hal-hal yang harus dipikirkan dan ditaati dalam mencari jodoh yang sesuai kehendak Tuhan:

a)   Ia harus orang yang seiman dengan kita.
2Kor 6:14 - “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”.

Dalam Perjanjian Lama bangsa Israel dilarang menikah dengan orang-orang Kanaan.
Ul 7:1-5 - “(1) ‘Apabila TUHAN, Allahmu, telah membawa engkau ke dalam negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, dan Ia telah menghalau banyak bangsa dari depanmu, yakni orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, tujuh bangsa, yang lebih banyak dan lebih kuat dari padamu, (2) dan TUHAN, Allahmu, telah menyerahkan mereka kepadamu, sehingga engkau memukul mereka kalah, maka haruslah kamu menumpas mereka sama sekali. Janganlah engkau mengadakan perjanjian dengan mereka dan janganlah engkau mengasihani mereka. (3) Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; (4) sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari padaKu, sehingga mereka beribadah kepada allah lain. Maka murka TUHAN akan bangkit terhadap kamu dan Ia akan memunahkan engkau dengan segera. (5) Tetapi beginilah kamu lakukan terhadap mereka: mezbah-mezbah mereka haruslah kamu robohkan, tugu-tugu berhala mereka kamu remukkan, tiang-tiang berhala mereka kamu hancurkan dan patung-patung mereka kamu bakar habis”.

Jelas bahwa sebetulnya larangan ini bukan berhubungan dengan kebangsaan, tetapi dengan iman / kepercayaan.

Ada pendeta yang mengijinkan pernikahan dengan orang yang berbeda iman berdasarkan 1Kor 7:12-13 - “(12) Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. (13) Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu”.
Ini salah, karena kasus ini bukan kasus dari orang beriman yang mau menikah dengan orang kafir. Ini adalah kasus 2 orang kafir yang telah menikah, lalu salah satu dari mereka menjadi Kristen. Selama yang kafir tetap mau hidup dalam pernikahan dengan orang Kristen itu, maka orang Kristen itu tidak boleh menceraikannya.

Bdk. 1Kor 7:39 - “Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.
Tidak mungkin Paulus mengijinkan pernikahan orang-orang yang berbeda iman dalam 1Kor 7:12-13, lalu menekankan keharusan iman yang sama pada 1Kor 7:39!

Penerapan:
Perhatikan beberapa kutipan di bawah ini sebagai penerapan.

Melody Green: “Artikel ini saya tujukan khusus untuk gadis-gadis Kristen, sebab dari pengalaman-pengalaman konseling, saya melihat wanitalah yang lebih sering melakukan kesalahan ini” - ‘Mencari pasangan hidup: Bolehkah saudara berpasangan dengan orang yang tidak percaya?, hal 1.

Melody Green: “Saya kira umumnya pernikahan didahului dengan berpacaran. Banyak orang Kristen yang terkecoh pada waktu taraf ini. Mereka rasa, tak salah untuk bergaul dengan orang-orang tak percaya asalkan ‘tak terlalu serius’. Mungkin mereka pikir, ‘Satu atau dua kali kencan tak akan menyakiti seorang pun. Disamping itu mungkin saya dapat membimbingnya kepada Tuhan. Saya sekedar bersenang-senang saja, bila sudah saatnya nanti saya pasti menikah dengan seorang Kristen’. Lalu, lihat dan perhatikan, tahu-tahu mereka telah ‘terperangkap cinta’, dan mereka berusaha mati-matian untuk membenarkan hubungan (pernikahan) yang akan dilakukan terhadap diri sendiri, terhadap teman-teman mereka, dan terhadap Tuhan. Saya berkata - orang Kristen yang cukup tolol untuk berkencan dengan orang yang tak percaya akan cukup tolol pula untuk menikahinya- ‘Mencari pasangan hidup: Bolehkah saudara berpasangan dengan orang yang tidak percaya?, hal 3-4.

Melody Green: “Menikah adalah keputusan terpenting dan terbesar yang Anda buat setelah kebutusan untuk mengikuti Yesus” - ‘Mencari pasangan hidup: Bolehkah saudara berpasangan dengan orang yang tidak percaya?, hal 4.

Melody Green: “pernikahan didahului dengan ‘kencan pertama’. Salah satu problem utama ialah banyak orang Kristen yang bersikap menyepelekan hal ini. ... Meskipun kadang-kadang tak berlanjut, tapi ingatlah, tiap kencan memiliki potensi untuk menjadi hubungan seumur hidup. Meluangkan waktu dengan orang yang salah berarti membuka diri untuk terlibat secara emosional menuju suatu titik dimana sulit untuk mundur maupun maju. Sekali saja Anda memberikan hati dan perasaan Anda pada seseorang, Anda akan terkejut bila menyadari betapa sulit untuk melepaskannya - meskipun Anda tahu harus melepaskannya” - ‘Mencari pasangan hidup: Bolehkah saudara berpasangan dengan orang yang tidak percaya?, hal 4-5.

Melody Green: “Banyak gadis yang tak menyadari, jika mereka tak cukup kuat menahan godaan untuk menikah dengan orang tak percaya, pasti mereka tak cukup kuat pula untuk memenangkan suaminya bagi Tuhan” - ‘Mencari pasangan hidup: Bolehkah saudara berpasangan dengan orang yang tidak percaya?, hal 15.

Melody Green: “Acap kali untuk menikahi seorang gadis Kristen, ada pemuda yang ‘bertobat’, sebab ia sadar harus melakukannya demi gadisnya. ... Saya tak pernah mempercayai ‘pertobatan’ semacam itu dan saya selalu mengatakan pada gadis-gadis yang konseling dengan saya, agar membiarkan pacar mereka membuktikan terlebih dahulu pertobatannya. ... Masalahnya ialah, banyak gadis yang tak sabar untuk menguji buah-buah si pemuda. Segera setelah melihat ‘sang jodoh’ mengucapkan doa penyesalan, sang gadis mulai menyiapkan pakaian pengantinnya” - ‘Mencari pasangan hidup: Bolehkah saudara berpasangan dengan orang yang tidak percaya?, hal 15-16.

b)  Ia haruslah orang yang cocok dengan kita, orang dengan siapa kita bisa ‘enjoy being together’ (= menikmati kebersamaan).

Jangan karena ia sudah memenuhi syarat pertama di atas, yaitu ia adalah orang Kristen, maka saudara cepat-cepat mau menikahinya. Dengan sesama saudara seimanpun, kalau tak cocok, maka akan terjadi bencana.

Harus ada:
1.   Kecocokan sifat dan kesenangan / hobby.
2.   Kecocokan dalam berbicara.
Sedemikian rupa sehingga saudara menikmati kebersamaan dengan dia. Kalau ini tidak ada, bayangkan bagaimana saudara bisa bersama-sama terus selama puluhan tahun dengan orang yang tidak cocok.

1.   Kecocokan sifat dan kesenangan / hobby.

Tak berarti sifatnya harus sama. Sifat yang sama kadang-kadang bagus, misalnya kalau sama-sama sabar atau sama-sama menyenangi nonton. Tetapi bagaimana kalau sama-sama keras dan ngamukan?

Sifat yang kontras kadang-kadang bisa bagus karena yang satu akan mengimbangi yang lain. Misalnya: yang satu sabar, yang lain berangasan. Maka yang sabar bisa menasehati / menahan yang berangasan pada saat ia marah.

Tetapi sifat dan kesenangan yang sangat / terlalu kontras kadang-kadang bisa membahayakan dan harus diwaspadai, misalnya:
·        kalau satu sangat royal, yang lain sangat pelit.
·        satu senang keluyuran, yang satunya senang di rumah.
·        satu senang film drama, yang lain senang film action.
·        satu gila olah raga, yang lain sama sekali tidak senang olah raga.
·        satu halus / lembut sekali, yang lain sangat kasar.
·        satu kalau bicara blak-blakan, yang lain selalu mbulet dan bertele-tele.
·        yang satu hot, yang lain frigid. Harus ada kecocokan sexual

2.   Kecocokan dalam berbicara.

Saya pernah naksir seorang gadis, karena melihat penampilan lahiriahnya. Pada waktu saya mendekati, dan mulai apel ke rumahnya, hanya dalam 3-4 x pertemuan, saya merasa bahwa saya tidak cocok berbicara dengan dia, dan saya lalu menjauhi dia.

Syarat kedua ini menyebabkan seseorang tidak mungkin menikahi orang lain cepat-cepat. Cepat-cepat menikah, atau karena usia yang sudah tinggi, atau karena didesak orang tua, atau karena alasan apapun, menurut saya merupakan sesuatu yang salah dan membahayakan. Butuh waktu sedikitnya 1-2 tahun pacaran, dan itupun tak menjamin kita mengenal dengan baik pasangan kita.

Ada orang-orang yang meneruskan pacaran sekalipun tak memenuhi syarat kedua ini. Akibatnya mereka lalu bertemu hanya semingu sekali, dengan alasan, supaya tidak bosan. Ini bodoh, karena kalau menikah nanti saudara akan bertemu dengan pasangan hidup saudara setiap hari. Kalau sekarang saja tidak kangen, dan bahkan bosan, bagaimana nanti dalam pernikahan.

c)   Harus ada saling cinta.
Ef 5:25 - “Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diriNya baginya”.

Tit 2:3-4 - “(3) Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik (4) dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya”.

Kidung 4:1-15, khususnya ay 9!
Kidung 4:9 - “Engkau mendebarkan hatiku, dinda, pengantinku, engkau mendebarkan hati dengan satu kejapan mata, dengan seuntai kalung dari perhiasan lehermu”.
Adanya rasa berdebar-debar dsb menunjukkan bahwa ini adalah cinta asmara.
Kalau point c dan b tadi ada, maka pasti ada rasa kangen kalau tidak bertemu sang pacar. Bdk. 

Kidung 3:1-4 - “(1) Di atas ranjangku pada malam hari kucari jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. (2) Aku hendak bangun dan berkeliling di kota; di jalan-jalan dan di lapangan-lapangan kucari dia, jantung hatiku. Kucari, tetapi tak kutemui dia. (3) Aku ditemui peronda-peronda kota. ‘Apakah kamu melihat jantung hatiku?’ (4) Baru saja aku meninggalkan mereka, kutemui jantung hatiku; kupegang dan tak kulepaskan dia, sampai kubawa dia ke rumah ibuku, ke kamar orang yang melahirkan aku”.

Menurut saya rasa kangen seperti ini adalah salah satu tolok ukur. Kalau rasa kangen itu tak ada, jangan menikah dengan orang tersebut.

Kesimpulan
Sekalipun saudara mendapatkan orang yang memenuhi semua ini, jangan berharap bahwa kehidupan pernikahan saudara nanti akan mulus dan lancar. Selalu bisa muncul problem, bahkan yang besar, pada saat kita mengikuti Tuhan, juga dalam pernikahan.
-AMIN-