Minggu, 08 Januari 2012

ADAKAH ALASAN KITA UNTUK MENGHAKIMI SESAMA KITA,........?


(MAT.7:1-12)

Dalam pasal 7:1-12, saya bagi menjadi dua bagian besar, yaitu:
  1. Ayat 1-6, 12 -  merupakan relasi dengan sesama
  2. Ayat 7-11  -  merupakan relasi dengan Tuhan

Dalam ayat 1-12 ini menjelaskan tentang sejauh mana hubungan kita dengan Tuhan sangat menentukan hubungan kita dengan sesama. Kalau relasi kita dengan Tuhan tidak beres, maka hubungan kitapun dengan sesama tidak akan benar.

A.  Untuk itu bagaimana hubungan kita dengan orang lain ketika kita menjadi orang percaya?
      Kadangkala ada orang yang kelihatan rohani (melayani, aktif ke gereja dll), tetapi dalam hubungan dengan sesama tidak baik. Benarkah sikap seperti ini dapat dijadikan alasan bahwa dirinya mempunyai hubungan yang sehat dengan Tuhannya? atau sebaliknya, ada orang yang begitu kelihatan baik kepada sesamanya, tetapi ia tidak percaya kepada Tuhan Yesus, apakah sikap yang seperti ini juga dapat dikatakan sebagai orang yang mempunyai hubungan yang baik dengan Tuhannya?

B. Dalam ayat 1-6,12 Tuhan Yesus memberikan contoh praktis dalam bertingka laku, yang sering kita jumpai dalam kehidupan kita tiap-tiap hari. Yaitu sikap MENGHAKIMI SESAMA.

TOLSTOY berpendapat bahwa Mat.7:1-6 mempunyai arti:
1. Berarti Yesus meniadakan lembaga peradilan.
2. Bahwa orang Kristen tidak boleh mengkritik orang lain.
Pendapat ini tidak dapat di benarkan karena tidak sesuai dengan maksud Tuhan.

Apa yang kita ketahui tentang istilah menghakimi? menghakimi berasal dari kata hakim, yg artinya “orang yang dipercaya untuk menyelesaikan perkara orang lain”. Menghakimi adalah suatu sikap menilai tentang hidup orang lain tanpa ada pertimbangan yang tepat dan benar.

      Sifat menghakimi:
1. Menuduh                       3. Mencari kesalahan orang lain
      2. Menjatuhkan                 4. Merusak hidup orang lain

Bahasa emas: di dalam menasehati ada kasih, di dalam menghakimi ada tuduhan.

Alasan 2 supaya kita tidak bersikap mengahakimi orang lain:
  1. Karena menghakimi adalah hak mutlak Allah, bukan hak manusia
  2. Karena kita semua sudah jatuh dalam dosa, sehingga orang berdosa tidak layak untuk menghakimi orang berdosa
  3. Karena terbatas dalam hal menilai,, hanya Tuhan yang tahu ukuran yang tepat dan benar.

Langkah2 yg harus kita buat supaya tidak mudah mudah menghakimi orang lain:
  1. Berdoa, minta Tuhan agar menjaga lidah kita
  2. Membuat komitmen untuk memiliki roh yang lemah lembut (hati yg bersedia untuk dibentuk oleh Tuhan) dan rendah hati (hidup yg mau menundukkan diri kepada Tuhan)
  3. Belajar berfikir benar terhadap orang lain.
  4. Melatih diri untuk mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa diri kitapun pernah bersalah kepada orang lain. (gelas yg penuh tidak bisa diisi lagi dan tangan yang menggenggam tidak bisa menerima lagi)

Dalam ayat 7-11 merupakan relasi yang sehat dengan  Bapanya. Dampak hubungan yang sehat dengan Bapanya yg diwujudkan melalui tindakan yang benar terhadap sesamanya. Sikap yang benar dan tidak menghakimi orang lain berdampak baik dalam hubungannya dengan Tuhan. Ayat 8 merupakan hasil interaksi dengan Tuhan yang diwujudkan menghargai orang lain, sehingga membuat doa-doa kita diperkenan Tuhan.

Kesimpulan:
  1. Baik dan tidaknya hubungan kita dengan sesame sangat ditentukan baik dan tidaknya relasi kita dengan Tuhan. Untuk itu marilah kita memperbahrui relasi kita dgn Tuhan.
  2. Menghakimi adalah hak Allah dan bukan hak kita. Untuk itu jgn lg menghakimi orang lain.
  3. Kalo kita menghakimi maka kita tanpa sadar telah menjadikan diri kita sbg Allah
  4. Sadari bahwa kita sama-sama orang berdosa. Untuk itu tidak layak bagi kita menjadi hakim bagi orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar