KETAATAN YANG MUTLAK
Lukas. 5:1-11
Sebelum lebih jauh penulis memaparkan secara praktis inti dari Injil Lukas 5:1-11, terlebih dahulu penulis memberikan definisi pada tema: “KETAATAN YANG MUTLAK”. Apa itu ketaatan dan apa itu kemutlakan? ketaatan adalah "sikap hati yang tunduk dan setia terhadap yang berotoritas atau yang lebih tinggi dalam hidupnya". Sedangkan Kemutlakan adalah "suatu patokan yang ditetapkan sebagai standar tanpa ada standar pilihan yang lain". Jadi ketaatan yang multak adalah suatu sikap hati yang tunduk dan setia dalam menjalankan standar yang ditetapkan oleh yang berotoritas atas hidupnya.
Dalam Injil Lukas 5:1-11, Lukas memaparkan tentang pemanggilan orang-orang yang dikenanNya, yang disebut sebagai murid-murid Tuhan (band. Mat. 4:18-22). Peristiwa pemanggilan dan pemilihan Tuhan terhadap orang-orang yang dikenanNya sangat unik adanya. Namun dalam teks ini, penulis lebih menyoroti dari segi nilai praktis yang terkandung di dalamnya, dimana peristiwa ini pada akhirnya membawa murid-murid Tuhan meresponi panggilan Tuhan.
Dalam Injil Lukas 5:1-11, Lukas memaparkan tentang pemanggilan orang-orang yang dikenanNya, yang disebut sebagai murid-murid Tuhan (band. Mat. 4:18-22). Peristiwa pemanggilan dan pemilihan Tuhan terhadap orang-orang yang dikenanNya sangat unik adanya. Namun dalam teks ini, penulis lebih menyoroti dari segi nilai praktis yang terkandung di dalamnya, dimana peristiwa ini pada akhirnya membawa murid-murid Tuhan meresponi panggilan Tuhan.
Lukas 5:1-11 menceritakan tentang kehidupan para nelayan, yaitu Simon Petrus dan kawan-kawan sedang membereskan jala mereka. Hal ini dilatarbelakangi peristiwa sebelumnya, yaitu mereka sudah bekerja keras seharian untuk menangkap ikan dengan hasil yang nihil. Dengan kondisi yang seperti itu, bisa saja Simon Petrus dkk mengalami kelelahan dan kekecewaan yang luar biasa atas apa yang sudah dikerjakan dengan penuh kesungguhan. Sebab pekerjaan sebagai nelayan sudah menjadi profesinnya tiap-tiap hari. Mereka sudah terbiasa memprediksi tempat-tempat yang menghasilkan ikan yang banyak. Tapi apa yang terjadi dengan usaha keras mereka? Justru hasilnya nihil (ayat 5a). Dalam keadaan lelah dan kecewa yang melingkupi hati mereka, membuat mereka enggan untuk beraktivitas kembali. Seiring dengan suasana hati seperti itu, muncul suatu perintah dari Tuhan Yesus: “Bertolaklah ketempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan” (ayat 4). Perintah ini menjadi kontradiktif bagi Simon Petrus dkk.
Mengapa demikian? Karena:
1). Mereka sudah seharian bekerja keras.
2). Pekerjaaan sebagai nelayanan sudah menjadi profeasinya tiap-tiap hari.
3). Mereka lebih menekankan pada nilai empiris (pengalaman).
Ketiga alasan ini menjadikan perintah Tuhan sebagai sesuatu yang kontradiktif atau bertolak belakang dari keadaan yang mereka alami. Namun demikian Petrus memberi respon yang baik terhadap perintah Tuhan, dan berkata: “karena Engkau yang menyuruhnya, maka aku akan menebarkan jala juga”. Dan dijelaskan di ayat 6-7, mereka mendapatkan hasil diluar prediksinya.
Dari peristiwa ini, kita dapat belajar didalamnya; bahwa:
1. Perintah Tuhan adalah standar yang mutlak untuk dilakukan, dan tidak ada pilihan
lain untuk melakukan yang lain.
2. Kemutlakan dari perintah-perintah Tuhan harus dilakukan penuh dengan ketaatan
3. Ketaatan terhadap Yang Mutlak mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri.
Kesimpulan:
Untuk itu merilah kita belajar dari peristiwa ini. Sekalipun kita diperhadapkan dalam kondisi yang tidak baik, kita belajar untuk taat karena ketaatan adalah sikap dan tindakan yang mutlak untuk dikerjakan bagi orang-orang percaya dalam Yesus Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar